Gambaran Umum
Manusia adalah khalifah dimuka bumi, dimana agama Islam memandang bahwa
bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang
khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah SWT memberikan petunjuk melalui
para rasul-Nya. Nabi Muhammad SAW merupakan rasul Allah, mendapat
petunjuk dari-Nya meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan umat, baik
aqidah, akhlak, maupun syari’ah. Aqidah dan akhlak bersifat konstan,
keduanya tidak mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan
tempat. Adapun syari’ah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan
taraf peradaban umat.
Agama sebagai the way of life (pandangan hidup) mampu memberikan jawaban
setiap persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan. Syari’at Islam
merupakan syariah yang dibawa oleh rasul terakhir mempunyai keunikan
tersendiri, dimana syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif,
tetapi juga universal. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum
seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah).
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan
tempat sampai hari akhir nanti.
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi ideologi bagi anggota HMI
merupakan landasan teologis, filosofis, idelogis dan sosiologis
diharapkan dapat menstimulasi kekritisan kader HMI dengan segala potensi
yang dimilikinya. Misalnya saja Dasar-dasar kepercayaan, yang artinya
para kader HMI meliki dasar keyakinan tauhid. Tauhid atau teologi Islam
sebenarnya tidak hanya inventarisasi sifat 20 seperti yang kita pelajari
disekolah-sekolah. Kalimat tauhid laa ilaha illa Allah mempunyai
implikasi yang sangat luas, lebih dari sekedar tidak ada Tuhan kecuali
Allah. Kalimat tersebut terdiri dari dua anak kalimat laa ilaha dan illa
Allah. Kalimat pertama berarti tidak ada illah (tidak ada tuhan) tidak
ada kekuatan apa atau siapapun yang mengekang dan mempengaruhi manusia.
Manusia adalah makhluk yang bebas atau merdeka dari keterikatan apa dan
siapapun.
Laa ilaha adalah konsep pembebasan manusia. Laa ilaha melahirkan
jiwa-jiwa yang tidak tertindas, pribadi-pribadi yang independen. Kalimat
kedua, mengecualikan pembebasan tersebut kepada satu-satunya
keterikatan yaitu keterikatan kepada Allah. Keterikatan kepada
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari Allah. Penyimpangan dari
konsep Tauhid berarti bisa terjerumus ke syirik. Orang yang tidak berani
mencegah kemungkaran sedangkan dia punya kekuatan dan kekuasaan,
prideket musyrik dapat melekat padanya. Itu sebenarnya Asgar Engineer
ilmuwan muslim asal India, mengatakan “seandainya pun anda telah shalat,
zakat, puasa, haji dan sebagainya, tapi anda masih membiarkan
kemungkaran dan ketidak adilan berlangsung didepan anda sementara anda
punya kekuatan dan kekuasaan, tapi anda tidak mencegahnya, maka anda
masih termasuk orang kafir.
Tauhid akan menjaga kita dari kekotoran tujuan, tidak ada tujuan lain
selain Allah. Kalaupun melakukan gerakan aksi haruslah karena Allah.
Gerakan aksi yang tujuannya untuk merusak dan menghacurkan masyarakat,
bangsa dan negara menimbulkan penderitaan umat, berarti penyimpangan
tauhid, berarti sama juga dengan kafir.
Era globalisasi sekarang ini, merupakan sebuah tantangan yang sangat
besar dihadapi oleh umat, dimana terjadinya perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang
terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang
transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan
ekonomi internasional . Hal ini akan sangat mempengaruhi keyakinan
seseorang di karenakan pola fikir dan sikap kita telah dirasuki oleh
budaya-budaya baru yang mungkin kurang sesuai dengan budaya keyakinan
semula (al-Qur’an dan Hadits), bila seseorang tidak kuat fondasi
ideologinya. Seiring dengan perkembangan di berbagai aspek kehidupan
masyarakat, maka sudah barang tentu aliran-aliran baru akan bermunculan
dan akan merasuki pola fikir umat, sehingga mampu mempengaruhi seseorang
akan keyakinan terhadap sebuah kebenaran yang selama ini mereka pahami.
Mau tidak mau ini adalah sebuah pertarungan ideologi terhadap kebenaran
Sang Khaliq yang dipahami dan diyakini oleh masing-masing individu,
dimana pertarungan ideologi ini dimulai melalui budaya-budaya yang
dikembangkan oleh faham-faham tertentu yang akhirnya terjadi penjebakan
terhadap pola fikir.
Berdasarkan paparan diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang
bagaimana eksistensi tauhid di era globalisasi, dengan sub judul:
bagaimana pengertian tauhid dan globalisasi, bagaimana agama di era
modern, dan bagaimana agar manusia tetap dalam kodrat-nya.
Pengertian Tauhid dan Globalisasi
Kata tauhid dapat ditemukan dalam Al-Qur’an misalnya : artinya: “Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertaqwa” . Pada kata sembahlah; maksudnya adalah;
tauhidkan. Kata tersebut memberi makna taktsir, artinya banyak, dengan
kata lain tidak cukup sekali mentauhidkan Allah tetapi selama hayat
masih dikandung badan, maka wajib mentauhidkan Allah . Dalam ayat-ayat
Al-Qur’an akan didapati bahwa kata seruan selalu menggunakan yanida,
baik dari Allah kepada hamba-Nya atau dari hamba-Nya kepada Allah.
Fungsi mentauhikan Allah karena akan membuat seseorang takut kepada
Allah, yang pada dasarnya adalah mengharapkan sesuatu yang baik di masa
mendatang dan hanya berdasarkan prediksi. Jadi tauhid merupakan mutiara
paling berharga dalam hidup ini. Dalam sejarah kehidupan nabi ada
seorang sahabat nabi yang begitu kokoh mempertahankan nilai ketauhidan,
dimana ditengah padang pasir dan tandus ditambah terik panas matahari
sangat terasa dikulit. Ia adalah Bilal bi Rabah, dimana suatu waktu
Bilal dipaksa meninggalkan ketauhidannya, saat itu ia dipaksa oleh
majikannya untuk keluar dari Islam. Namun ia teguh dalam keIslamannya,
meskipun nyawanya harus dipertaruhkan sampai akhirnya yang keluar dari
mulutnya adalah Ahad…..Ahad…..Ahad .
Dalam banyak hal globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi, dan istilah ini sering dipertukarkan.
Sebagian golongan sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan
dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Ada yang
berpendapat bahwa globalisasi berasal dari globalization, berasal dari
kata dasar globe yaitu bola bumi, mempunyai makna proses pembumian
sesuatu. Maksudnya adalah tidak ada batas ruang dan waktu antara belahan
dunia yang satu dengan yang lain, dimana segala kejadian pada hari ini
dapat dilihat secara langsung oleh negara/daerah lain .
Salah satunya adalah perkembangan di bidang teknologi yang berlangsung
tidak secara mendadak, tetapi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman
Romawi kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah tanpak berorientasi
kebidang teknologi. Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam berbagai
konteks; teknologi, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Misalnya,
globalisasi dapat berarti :
1. Pembentukan desa global (global village), yang berarti kontak yang
lebih erat antara berbagai pelosok dunia, meningkatnya interaksi
personal, saling kerja sama dan persahabatan antara penduduk dunia.
2. Globalisasi ekonomi, yakni meningkatnya perdagagan bebas dan meningkatnya hubungan antara pelaku ekonomi di berbagai negara .
Agama di Era Modern
Abad pemikiran adalah suatu revolusi yang telah memberikan sifat dan
jiwanya pada pemikiran modern. Manusia modern yang telah menolak teologi
abad pertengahan sebagai suatu wewenang yang paling akhir, kini
berusaha menafsirkan alam semesta, dunia, dan dirinya sendiri
berdasarkan analisis pemikiran yang masuk akal, seperti yang sudah
sering dibicarakan bahwa abad peretengahan ditandai dengan kekuasaan
gereja katolik di hampir segala sisi .
Kebangkitan atau renaisance pertama kali muncul di Italia, kemudian
dinegara-negara lain di Eropa. Manusia mulai berfikir secara baru,
antara lain mengenal dirinya. Manusia menganggap dirinya tidak lagi
sebagai viator mundi (orang yang berziarah di dunia ini), melainkan
sebagai faber mundi (orang yang menciptakan dunianya) . Sebagai gerakan
modern, renaisans membicarakan berbagai bidang seperti politik,
kesusastraan, seni, dan filsafat. Pada saat itu Italia merupakan anak
sulung Eropa.
Masa abad pemikiran merupakan peristiwa penting yang menimbulkan
Aufklarung membawa bangsa Barat kedunia modern. Pada masa ini otoritas
gereja sebagai suatu penentu kebenaran mulai dikritisi dan digugat.
Gugatan para pemikir tidak hanya menyangkut wilayah kekusaan politik
kepausan, tetapi lebih dari itu juga mendrobak statemen gereja dalam
bidang teologi.
Apa yang telah dicapai oleh peradaban modern (Barat) merupakan satu
prestasi manusia yang luar biasa dan tanpa tanding sebelumnya. Ilmu
pengetahuan yang dibangun atas epistimologi rasionalisme, empirisme, dan
positivisme berkembang demikian pesat yang dapat mengeksplorasi zona
baru dengan ditemukan daerah baru dan alat baru. Peradaban modern tidak
hanya menawarkan seperangkat ilmu pengetahuan kepada umat manusia,tetapi
juga seperangkat sistem hidup, pandangan hidup, dan etika hidup
keseluruh dunia dalam skala global tidak terkecuali di dunia Islam.
Ini semua adalah ekses negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Akan tetapi, kemajuan ini sudah barang tentu kita tidak dapat
mengisolasi diri dari dunia modern karena tidak ada suatu bangsa di
dunia ini yang mampu menolak kehadirannya. Jika penolakan ini terjadi
maka penolakan itu berarti lonceng kematian bagi bangsa yang
bersangkutan sehingga perkembangan menjadi mandek (paling tidak
terhambat) karena ia dibutuhkan
Kebudayaan Barat yang muncul sebagai “pemberontakan” cenderung memandang
rendah agama. Hal ini dapat dimengerti bahwa para teolog modern tidak
mau lagi terjebak pada otoritas gereja. Panemuan-penemuan sains yang
dimulai dengan mesin uap mengharuskan para teolog mempertimbangkan
penemuan saintis di laboratoriumnya. Jika tidak mampu mengikuti
perkembangan yang ada , agama akan ditinggalkan secara total. Teori
Darwin tentang asal usul manusia misalnya, harus disikapi secara arif
bijaksana tidak hanya mengandalkan doktrin kaku yang cenderung claim
kebenaran .
Agar Manusia Tetap dalam Kodrat-Nya
Sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai kemampuan untuk mencapai ilmu dan
teknologi, kita harus berdampingan dengan makhluk-makhluk lain yang
senantiasa dalam berbuat harus menyelaraskan dengan makhluk yang ada
disekitarnya. Untuk itu diperlukan modal dan agama sebagai unsur pokok
dalam kehidupan. Keduanya merupakan dasar bagi manusia dalam kehidupan
bersama. Dalam kehidupan bersama, manusia dalam perbuatannya senantiasa
tidak dapat lepas dengan aturan-aturan, adat istiadat, dan hukum
sehingga perbuatan manusia senantiasa bernilai baik dan buruk.
Agama Islam merupakan agama yang telah diridhai oleh Allah SWT yang
merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk sekalian umat), dan
ini harus benar-benar bisa dibuktikan oleh umat Islam, sehingga
kredibilitas seorang muslim tetap terjaga dibawah naugan panji Islam
sesuai dengan aturan Allah yang telah di jelaskan dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Jadi, pengaruh globalisasi di semua aspek kehidupan bukanlah
suatu alasan untuk kita mengurangi ketauhidan kepada Sang Pencipta,
karena globalisasi sudah terjadi di dunia ini sejak ratusan tahun yang
silam. Sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana menumbuhkan
kedewasaan dalam berfikir, juga bagaimana kita menumbuhkan rasa percaya
diri. Orang yang kuat imannya tidak akan takut akan pengaruh baru
(asing), akan tetapi sekarang mau diarahkan kemana diri kita ini, kearah
yang lebih baik atau semakin buruk semua tergantung pada seluruh umat.
Mau atau tidak umat hari ini harus bersatu dan berjuang membawa kepada
peradaban yang lebih bermartabat.
Dengan demikian penerimaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi,
berimplikasi pada kewajiban manusia untuk memakmurkannya, inilah tugas
utama manusia sebagai khalifah. Tugas manusia adalah mengelola alam bagi
sebesar-besar manfaat hidup manusia, penggunaan alam itu dilakukan
melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya dengan inilah potensi alam
yang cukup besar tersebut bisa terkuak dan termanfaatkan secara
maksimal.
Manusia juga harus menyadari, kebebasan yang dimiklikinya akan tetap
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Kesadaran inilah yang
diharapkan dapat menjadikan manusia untuk selalu memanfaatkan kebebasan
tersebut guna meningkatkan kualitas amaliahnya, baik amal-amal yang
bersifat pribadi maupun yang bersifat sosial .
Kesimpulan
Tauhid didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan
hubungannya dengan alam semesta bahkan diperluas mencakup keseluruhan
bidang agama. Sayangnya, idealitas tauhid di atas sesuai dengan realitas
yang sebenarnya. Tauhid Islam mengalami stagnasi dalam pengertian tidak
mampu lagi memberikan apa yang di istilahkan Nurcholish Madjid (Alm)
dengan daya tonjok Psikologis.
Formulasi tauhid Islam yang di ungkap dalam kalimat la ilaha illa Allah
mengindikasikan bahwa problem ketuhanan manusia adalah politiesme bukan
atiesme. Umat Islam hari ini selalu mengaku muslim dan mengklaim diri
sebagai pejuang-pejuang Islam. Untuk terlaksananya ajaran Islam,
sekarang perlu melihat sendiri bagaimana wujud Islam dalam praktik.
Teknologi sebagai kreativitas akal budi manusia untuk mengenal dan
memanfaatkan sumber daya alam sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
di dunia ini merupakan sesuatu yang mengangkat harkat kemanusiaan.
Pengalaman menunjukan bahwa kemajuan dan perkembangan di era globalisasi
ini yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, tidak dengan
sendirinya bersifat mengangkat harkat kemanusiaan jika perkembangan ini
tidak disertai dengan kebijaksanaan dan sikap tanggung jawab.
Saran
Mari kita semua kembali kepada khittah sebagai khaliffah yang
bertanggung jawab, dimana kita harus mampu memilah dan memilih yang
terbaik untuk khidupan ini, karena dunia ini adalah panggung perjuangan.
Perlu kita ketahui bahwa kita ini adalah pemegang amanah yang diberikan
oleh Allah SWT, dimana apa yang ada di dunia ini hanyalah milik Sang
Pencipta yaitu Allah aza wajalla. Marilah sejenak kita merenungi makna
dari hadits Nabi yang berbunyi : “berbuatlah untuk duniamu, seakan-akan
kamu akan hidup selamanya. Dan berbuatlah untuk akhiratmu, seakan-akan
kamu akan meninggal esok hari”.
Rabu, 10 Oktober 2012
EKSISTENSI TAUHID DI ERA GLOBALISASI
Diposting oleh key_zam21 di 07.30
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar