Rabu, 10 Oktober 2012

EKSISTENSI TAUHID DI ERA GLOBALISASI

Gambaran Umum
Manusia adalah khalifah dimuka bumi, dimana agama Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah SWT kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah SWT memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya. Nabi Muhammad SAW merupakan rasul Allah, mendapat petunjuk dari-Nya meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan umat, baik aqidah, akhlak, maupun syari’ah. Aqidah dan akhlak bersifat konstan, keduanya tidak mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun syari’ah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban umat.

Agama sebagai the way of life (pandangan hidup) mampu memberikan jawaban setiap persoalan-persoalan yang muncul dalam kehidupan. Syari’at Islam merupakan syariah yang dibawa oleh rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, dimana syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprehensif, tetapi juga universal. Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti.
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi ideologi bagi anggota HMI merupakan landasan teologis, filosofis, idelogis dan sosiologis diharapkan dapat menstimulasi kekritisan kader HMI dengan segala potensi yang dimilikinya. Misalnya saja Dasar-dasar kepercayaan, yang artinya para kader HMI meliki dasar keyakinan tauhid. Tauhid atau teologi Islam sebenarnya tidak hanya inventarisasi sifat 20 seperti yang kita pelajari disekolah-sekolah. Kalimat tauhid laa ilaha illa Allah mempunyai implikasi yang sangat luas, lebih dari sekedar tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kalimat tersebut terdiri dari dua anak kalimat laa ilaha dan illa Allah. Kalimat pertama berarti tidak ada illah (tidak ada tuhan) tidak ada kekuatan apa atau siapapun yang mengekang dan mempengaruhi manusia. Manusia adalah makhluk yang bebas atau merdeka dari keterikatan apa dan siapapun.
Laa ilaha adalah konsep pembebasan manusia. Laa ilaha melahirkan jiwa-jiwa yang tidak tertindas, pribadi-pribadi yang independen. Kalimat kedua, mengecualikan pembebasan tersebut kepada satu-satunya keterikatan yaitu keterikatan kepada Allah. Keterikatan kepada nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari Allah. Penyimpangan dari konsep Tauhid berarti bisa terjerumus ke syirik. Orang yang tidak berani mencegah kemungkaran sedangkan dia punya kekuatan dan kekuasaan, prideket musyrik dapat melekat padanya. Itu sebenarnya Asgar Engineer ilmuwan muslim asal India, mengatakan “seandainya pun anda telah shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya, tapi anda masih membiarkan kemungkaran dan ketidak adilan berlangsung didepan anda sementara anda punya kekuatan dan kekuasaan, tapi anda tidak mencegahnya, maka anda masih termasuk orang kafir.
Tauhid akan menjaga kita dari kekotoran tujuan, tidak ada tujuan lain selain Allah. Kalaupun melakukan gerakan aksi haruslah karena Allah. Gerakan aksi yang tujuannya untuk merusak dan menghacurkan masyarakat, bangsa dan negara menimbulkan penderitaan umat, berarti penyimpangan tauhid, berarti sama juga dengan kafir.
Era globalisasi sekarang ini, merupakan sebuah tantangan yang sangat besar dihadapi oleh umat, dimana terjadinya perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional . Hal ini akan sangat mempengaruhi keyakinan seseorang di karenakan pola fikir dan sikap kita telah dirasuki oleh budaya-budaya baru yang mungkin kurang sesuai dengan budaya keyakinan semula (al-Qur’an dan Hadits), bila seseorang tidak kuat fondasi ideologinya. Seiring dengan perkembangan di berbagai aspek kehidupan masyarakat, maka sudah barang tentu aliran-aliran baru akan bermunculan dan akan merasuki pola fikir umat, sehingga mampu mempengaruhi seseorang akan keyakinan terhadap sebuah kebenaran yang selama ini mereka pahami. Mau tidak mau ini adalah sebuah pertarungan ideologi terhadap kebenaran Sang Khaliq yang dipahami dan diyakini oleh masing-masing individu, dimana pertarungan ideologi ini dimulai melalui budaya-budaya yang dikembangkan oleh faham-faham tertentu yang akhirnya terjadi penjebakan terhadap pola fikir.
Berdasarkan paparan diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana eksistensi tauhid di era globalisasi, dengan sub judul: bagaimana pengertian tauhid dan globalisasi, bagaimana agama di era modern, dan bagaimana agar manusia tetap dalam kodrat-nya.
Pengertian Tauhid dan Globalisasi
Kata tauhid dapat ditemukan dalam Al-Qur’an misalnya : artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” . Pada kata sembahlah; maksudnya adalah; tauhidkan. Kata tersebut memberi makna taktsir, artinya banyak, dengan kata lain tidak cukup sekali mentauhidkan Allah tetapi selama hayat masih dikandung badan, maka wajib mentauhidkan Allah . Dalam ayat-ayat Al-Qur’an akan didapati bahwa kata seruan selalu menggunakan yanida, baik dari Allah kepada hamba-Nya atau dari hamba-Nya kepada Allah.
Fungsi mentauhikan Allah karena akan membuat seseorang takut kepada Allah, yang pada dasarnya adalah mengharapkan sesuatu yang baik di masa mendatang dan hanya berdasarkan prediksi. Jadi tauhid merupakan mutiara paling berharga dalam hidup ini. Dalam sejarah kehidupan nabi ada seorang sahabat nabi yang begitu kokoh mempertahankan nilai ketauhidan, dimana ditengah padang pasir dan tandus ditambah terik panas matahari sangat terasa dikulit. Ia adalah Bilal bi Rabah, dimana suatu waktu Bilal dipaksa meninggalkan ketauhidannya, saat itu ia dipaksa oleh majikannya untuk keluar dari Islam. Namun ia teguh dalam keIslamannya, meskipun nyawanya harus dipertaruhkan sampai akhirnya yang keluar dari mulutnya adalah Ahad…..Ahad…..Ahad .
Dalam banyak hal globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi, dan istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian golongan sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Ada yang berpendapat bahwa globalisasi berasal dari globalization, berasal dari kata dasar globe yaitu bola bumi, mempunyai makna proses pembumian sesuatu. Maksudnya adalah tidak ada batas ruang dan waktu antara belahan dunia yang satu dengan yang lain, dimana segala kejadian pada hari ini dapat dilihat secara langsung oleh negara/daerah lain .
Salah satunya adalah perkembangan di bidang teknologi yang berlangsung tidak secara mendadak, tetapi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah tanpak berorientasi kebidang teknologi. Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam berbagai konteks; teknologi, sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Misalnya, globalisasi dapat berarti :
1. Pembentukan desa global (global village), yang berarti kontak yang lebih erat antara berbagai pelosok dunia, meningkatnya interaksi personal, saling kerja sama dan persahabatan antara penduduk dunia.
2. Globalisasi ekonomi, yakni meningkatnya perdagagan bebas dan meningkatnya hubungan antara pelaku ekonomi di berbagai negara .
Agama di Era Modern
Abad pemikiran adalah suatu revolusi yang telah memberikan sifat dan jiwanya pada pemikiran modern. Manusia modern yang telah menolak teologi abad pertengahan sebagai suatu wewenang yang paling akhir, kini berusaha menafsirkan alam semesta, dunia, dan dirinya sendiri berdasarkan analisis pemikiran yang masuk akal, seperti yang sudah sering dibicarakan bahwa abad peretengahan ditandai dengan kekuasaan gereja katolik di hampir segala sisi .
Kebangkitan atau renaisance pertama kali muncul di Italia, kemudian dinegara-negara lain di Eropa. Manusia mulai berfikir secara baru, antara lain mengenal dirinya. Manusia menganggap dirinya tidak lagi sebagai viator mundi (orang yang berziarah di dunia ini), melainkan sebagai faber mundi (orang yang menciptakan dunianya) . Sebagai gerakan modern, renaisans membicarakan berbagai bidang seperti politik, kesusastraan, seni, dan filsafat. Pada saat itu Italia merupakan anak sulung Eropa.
Masa abad pemikiran merupakan peristiwa penting yang menimbulkan Aufklarung membawa bangsa Barat kedunia modern. Pada masa ini otoritas gereja sebagai suatu penentu kebenaran mulai dikritisi dan digugat. Gugatan para pemikir tidak hanya menyangkut wilayah kekusaan politik kepausan, tetapi lebih dari itu juga mendrobak statemen gereja dalam bidang teologi.
Apa yang telah dicapai oleh peradaban modern (Barat) merupakan satu prestasi manusia yang luar biasa dan tanpa tanding sebelumnya. Ilmu pengetahuan yang dibangun atas epistimologi rasionalisme, empirisme, dan positivisme berkembang demikian pesat yang dapat mengeksplorasi zona baru dengan ditemukan daerah baru dan alat baru. Peradaban modern tidak hanya menawarkan seperangkat ilmu pengetahuan kepada umat manusia,tetapi juga seperangkat sistem hidup, pandangan hidup, dan etika hidup keseluruh dunia dalam skala global tidak terkecuali di dunia Islam.
Ini semua adalah ekses negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, kemajuan ini sudah barang tentu kita tidak dapat mengisolasi diri dari dunia modern karena tidak ada suatu bangsa di dunia ini yang mampu menolak kehadirannya. Jika penolakan ini terjadi maka penolakan itu berarti lonceng kematian bagi bangsa yang bersangkutan sehingga perkembangan menjadi mandek (paling tidak terhambat) karena ia dibutuhkan
Kebudayaan Barat yang muncul sebagai “pemberontakan” cenderung memandang rendah agama. Hal ini dapat dimengerti bahwa para teolog modern tidak mau lagi terjebak pada otoritas gereja. Panemuan-penemuan sains yang dimulai dengan mesin uap mengharuskan para teolog mempertimbangkan penemuan saintis di laboratoriumnya. Jika tidak mampu mengikuti perkembangan yang ada , agama akan ditinggalkan secara total. Teori Darwin tentang asal usul manusia misalnya, harus disikapi secara arif bijaksana tidak hanya mengandalkan doktrin kaku yang cenderung claim kebenaran .
Agar Manusia Tetap dalam Kodrat-Nya
Sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai kemampuan untuk mencapai ilmu dan teknologi, kita harus berdampingan dengan makhluk-makhluk lain yang senantiasa dalam berbuat harus menyelaraskan dengan makhluk yang ada disekitarnya. Untuk itu diperlukan modal dan agama sebagai unsur pokok dalam kehidupan. Keduanya merupakan dasar bagi manusia dalam kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama, manusia dalam perbuatannya senantiasa tidak dapat lepas dengan aturan-aturan, adat istiadat, dan hukum sehingga perbuatan manusia senantiasa bernilai baik dan buruk.
Agama Islam merupakan agama yang telah diridhai oleh Allah SWT yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat untuk sekalian umat), dan ini harus benar-benar bisa dibuktikan oleh umat Islam, sehingga kredibilitas seorang muslim tetap terjaga dibawah naugan panji Islam sesuai dengan aturan Allah yang telah di jelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Jadi, pengaruh globalisasi di semua aspek kehidupan bukanlah suatu alasan untuk kita mengurangi ketauhidan kepada Sang Pencipta, karena globalisasi sudah terjadi di dunia ini sejak ratusan tahun yang silam. Sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana menumbuhkan kedewasaan dalam berfikir, juga bagaimana kita menumbuhkan rasa percaya diri. Orang yang kuat imannya tidak akan takut akan pengaruh baru (asing), akan tetapi sekarang mau diarahkan kemana diri kita ini, kearah yang lebih baik atau semakin buruk semua tergantung pada seluruh umat. Mau atau tidak umat hari ini harus bersatu dan berjuang membawa kepada peradaban yang lebih bermartabat.
Dengan demikian penerimaan manusia sebagai khalifah Allah di bumi, berimplikasi pada kewajiban manusia untuk memakmurkannya, inilah tugas utama manusia sebagai khalifah. Tugas manusia adalah mengelola alam bagi sebesar-besar manfaat hidup manusia, penggunaan alam itu dilakukan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya dengan inilah potensi alam yang cukup besar tersebut bisa terkuak dan termanfaatkan secara maksimal.
Manusia juga harus menyadari, kebebasan yang dimiklikinya akan tetap dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Kesadaran inilah yang diharapkan dapat menjadikan manusia untuk selalu memanfaatkan kebebasan tersebut guna meningkatkan kualitas amaliahnya, baik amal-amal yang bersifat pribadi maupun yang bersifat sosial .
Kesimpulan
Tauhid didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta bahkan diperluas mencakup keseluruhan bidang agama. Sayangnya, idealitas tauhid di atas sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Tauhid Islam mengalami stagnasi dalam pengertian tidak mampu lagi memberikan apa yang di istilahkan Nurcholish Madjid (Alm) dengan daya tonjok Psikologis.
Formulasi tauhid Islam yang di ungkap dalam kalimat la ilaha illa Allah mengindikasikan bahwa problem ketuhanan manusia adalah politiesme bukan atiesme. Umat Islam hari ini selalu mengaku muslim dan mengklaim diri sebagai pejuang-pejuang Islam. Untuk terlaksananya ajaran Islam, sekarang perlu melihat sendiri bagaimana wujud Islam dalam praktik.
Teknologi sebagai kreativitas akal budi manusia untuk mengenal dan memanfaatkan sumber daya alam sebagai usaha memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia ini merupakan sesuatu yang mengangkat harkat kemanusiaan. Pengalaman menunjukan bahwa kemajuan dan perkembangan di era globalisasi ini yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, tidak dengan sendirinya bersifat mengangkat harkat kemanusiaan jika perkembangan ini tidak disertai dengan kebijaksanaan dan sikap tanggung jawab.
Saran
Mari kita semua kembali kepada khittah sebagai khaliffah yang bertanggung jawab, dimana kita harus mampu memilah dan memilih yang terbaik untuk khidupan ini, karena dunia ini adalah panggung perjuangan. Perlu kita ketahui bahwa kita ini adalah pemegang amanah yang diberikan oleh Allah SWT, dimana apa yang ada di dunia ini hanyalah milik Sang Pencipta yaitu Allah aza wajalla. Marilah sejenak kita merenungi makna dari hadits Nabi yang berbunyi : “berbuatlah untuk duniamu, seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Dan berbuatlah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu akan meninggal esok hari”.

0 komentar:

Template by:

Free Blog Templates