Syirik merupakan kezaliman terberat dan dosa
terbesar terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berbuat syirik juga
berarti berbuat kurang ajar terhadap Allah 'Azza wa Jalla. Bagaimana
tidak, makhluk yang lemah, senantiasa butuh kepada rizki Allah, tidak kuasa atas
hidup dan matinya sendiri disamakan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala sang
pencipta semua makhluk, pemberi rizki, menghidupkan dan mematikan mereka, dan
Maha kuasa atas segala sesuatu.
Seorang musyrik menyamakan sesuatu yang tidak
memiliki kekuasaan atas apapun jua dengan Dzat yang semua urusan berada
ditangan-Nya. Menyamakan orang fakir dari segala sisi dengan Zat yang Mahakaya
dari berbagai sisi. Menyamakan yang tidak memberikan rizki sedikitpun dengan
Zat yang telah menciptakan apa yang menjadi rizki bagi manusia dan
menganugerahkan semua itu kepadanya. Maka adakah kezaliman yang lebih dahsyat
dari ini?
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
tentang nasihat Luqman kepada putranya agar tidak berbuat syirik,
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kelaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)
Allah Ta'ala berfirman,
الَّذِينَ
آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ
وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk." (QS. Al-An'am: 82)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah
menjelaskan maksud zulm (kezaliman) pada ayat di atas adalah syirik.
Turunnya ayat ini membuat gundah para sahabat beliau Shallallahu 'Alaihi
Wasallam. Mereka berkata, "Siapakah di antara kami yang tidak
menzalimi dirinya?" Nabi menjawab, "Maksudnya tidak seperti yang
kalian kira. Tidakkah kalian mendengar perkataan Luqman kepada putranya, 'Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar'."
(HR. Bukhari)
Begitu kurang ajarnya tindakan syirik, maka
sangat wajar jika Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan terhapus semua
amal shalihnya, tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan pasti kekal di
neraka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi." (QS. Al-Zumar: 65)
Khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam, hamba pilihan Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Jika
beliau sampai berbuat syirik, maka tidak ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal
shalih yang sudah dikerjakannya akan terhapus dan harus merasakan azab dahsyat
di akhirat. Lalu bagaimana kalau yang berbuat syirik adalah orang yang
derajatnya di bawah beliau?
Tentang haramnya seorang musyrik masuk surga
dijelaskan oleh firman Allah,
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang
penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)
Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat,
"(maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka), maksudnya: sungguh Allah mengharuskan neraka baginya dan
mengharamkan surga atasnya."
Tentang dalil tidak adanya ampunan untuk orang
musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta'ala,
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
(QS. Al-Nisa': 48)
Perlu dipahami, ayat-ayat di atas yang
menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang yang
bertemu Allah Ta'ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat darinya,
maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya, dan
diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka.
Maka siapa yang saat ia mati masih membawa dosa
syirik dan tidak bertaubat darinya sebelum wafatnya, maka ia tidak akan
mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah telah
haramkan ampunan bagi dosa syirik yang pelakunya tidak bertaubat sebelum
meninggalnya. Hal ini berbeda, -sebagaimana disebutkan pada QS. Al-Nisa': 48-
dengan dosa selain syirik yang dibawa mati pelakunya, ia berada di bawah Masyi-Ah
(kehendak) Allah. Artinya, jika Allah berkenan maka akan mengampuninya, dan
jika berkehendak lain akan menyiksanya sesuai dengan kadar dosanya lalu akan
mengelurkannya dari neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Sehingga tempat
singgah terakhirnya adalah di surga. Ini berlaku bagi seorang Muwahhid
yang mati membawa dosa yang tingkatannya di bawah syirik.
. . . Begitu kurang ajarnya tindakan syirik, maka sangat wajar jika
Allah ancam keras pelaku kemusyrikan dengan terhapus semua amal shalihnya,
tidak diberi ampunan, haram masuk surga, dan pasti kekal di neraka. . .
Adakah Taubat Bagi Pelaku Kesyirikan?
Seseorang yang telah terjerumus ke dalam
kesyirikan lalu sadar akan kesalahannya dan besarnya dosa yang telah diperbuat,
ia tidak boleh berputus asa dari ampunan dan taubat Allah Ta'ala, "Karena
sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS.
Al-Hujurat: 12)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
Al-Zumar: 53)
Ayat ini berbicara tentang pelaku dosa dalam
hukum dunia, sebagai kabar gembira bagi pelaku maksiat bahwa ia masih memiliki
kesempatan untuk diampuni dosa jika bertaubat sebelum wafat. Bukan hanya dosa
yang kategorinya maksiat saja, bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat
ampunan jika bertaubat sebelum wafat. Karena Allah menyebutkan, "Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya."
Perlu dicamkan, ayat ini tidak berlaku di
akhirat. Karena jika diterapkan demikian pastinya akan membatalkan sejumlah
nash Al-Qur'an dan sunnah yang berisi ancaman terhadap dosa syirik yang dibawa
mati. Ia juga akan menggugat kesepakatan umat, tidak ada ampunan bagi pelaku
dosa syirik pada hari kiamat di mana ia belum bertaubat darinya saat masih di
dunia. Jika ayat ini dibawa kepada hukum akhirat, maka batallah keyakinan kaum
muslimin bahwa surga tidak dimasuki kecuali oleh jiwa muslimah atau mukminah.
Maka sesatlah pemahaman orang yang membawa QS. Al-Zumar: 53 ini kepada hukum di
akhirat.
. . . bahkan syirik pun masih ada kesempatan mendapat ampunan jika
bertaubat sebelum wafat. . .
Dalil Adanya Taubat Bagi Pelaku
Kesyirikan
Pelaku kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk
dihapuskan dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan bertaubat darinya
sebelum wafat. Hal ini dikuatkan oleh beberapa nash Al-Qur'an dan Sunnah
Shahihah, antara lain:
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
وَالَّذِينَ
لا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي
حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ
أَثَاماً . يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَاناً . إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحاً فَأُولَئِكَ
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَحِيماً
"Dan orang-orang yang tidak menyembah
tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang
siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa
(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang
bertobat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti
Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Furqan: 68-70)
Ayat di atas sangat jelas menunjukkan adanya
ampunan Allah Ta'ala bagi semua dosa, sampai syirik, selama ia bertaubat
sebelum wafat. Bahkan ayat menerangkan keutamaan besar bagi mereka yang
bertaubat, yakni diganti keburukannya dengan kebaikan.
Dari Abu Farwah rahimahullah, dia
mendatangi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan berkata:
"(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan
semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada
keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat
baginya untuk semua itu?"
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bertanya: "Apakah kamu sudah masuk Islam?"
Ia menjawab, "Adapun saya bersaksi tiada
sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan
Allah."
Beliau bersabda: "Berbuat baiklah dan
tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk
itu sebagai kebaikan bagimu." Ia berkata: "penghianatan dan
kejahatanku?" Beliau menjawab: "ya." Ia terus menerus bertakbir
hingga tidak terlihat lagi." (HR. Thabrani)
Hal ini berbeda dengan orang yang memberikan
sesembahan kepada selain Allah dan tidak bertaubat darinya hingga wafat. Ia
berjumpa dengan Allah dengan membawa dosa syirik tersebut, maka bagiannya
adalah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik."
(QS. Al-Nisa': 48)
Adapun Hadits, sangat banyak sabda Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam yang menjelaskan adanya harapan ampunan bagi pelaku
kesyirikan yang bertaubat sebelum wafat. Di antaranya, hadits Qudsi yang
dikeluarkan Imam al-Tirmidzi,
يا ابنَ
آدم إنَّك لو أَتَيتَني بِقُرابِ الأرضِ خَطايا ، ثمَّ لَقِيتَني لا تُشركُ بي
شَيئاً ، لأتيتُكَ بِقُرابها مغفرةً
"Wahai Anak Adam, sesungguhnya jika
engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu engkau berjumpa
dengan-Ku tanpa menyekutukan sesuatu dengan-Ku, pasti Aku akan datangkan
kepadamu ampunan sebanyak itu."
Sahabat Jabir Radhiyallahu 'Anhu
menuturkan, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam lalu bertanya, "Ya Rasulallah, apa dua hal yang paling
menentukan?" Beliau menjawab,
مَنْ
مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
"Siapa yang mati sedangkan ia tidak
menyekutukan Allah dengan apapun juga, pasti ia masuk surga. Siapa yang mati
dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka."
(HR. Muslim)
Sedangkan diketahui, seseorang yang bertaubat
dari dosa, ia laksana orang yang tidak melakukan dosa tersebut,
اَلتَّائِبُ
مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti
orang yang tidak berdosa." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh
Al-Albani)
. . . Pelaku kesyirikan masih memiliki kesempatan untuk dihapuskan
dosanya selama ia masih hidup, yakni dengan bertaubat darinya sebelum wafat. .
.
Penutup
Setelah mengetahui bahaya Syirik yang luar biasa,
pastinya setiap kita berusaha keras menjauhinya. Hanya saja syirik banyak
macamnya, sebagiannya samar sehingga terjadi tanpa disadari. Oleh sebab itu,
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberikan petunjuk solusi dalam
rupa doa, silahkah baca: Doa Berlindung dari Kesyirikan.
Tekad untuk meninggalkan segala macam syirik
haruslah diikuti dengan mengenal bentuk dan macamnya. Karena siapa tak kenal keburukan,
dipastikan ia akan terjerumus ke dalamnya tanpa merasa. Dan jika sesudah
mempelajarinya lalu tersadar pernah melakukan dosa syirik, maka tak boleh putus
asa dan merasa pasti binasa. Karena selama hayat masih di kandung badan, pintu
taubat masih terbuka. Dan siapa yang bertaubat kepada Allah dari dosa maka ia
seperti orang yang tak berbuat dosa, dan syirik masuk di dalamnya. Sementara
makna syirik yang tak terampuni adalah dosa syirik yang dibawa mati. Ia tak mau
bertaubat sebelum wafat. Wallahu Ta'ala a'lam. [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar